Sunday, November 10, 2013
A. Nabilah
A. Nabilah
10 Teknik Mengelola Kelas
Menurut Caroline Linse
Akhirnya setelah sekian lama gak nulis lagi, kali
ini ini saya bisa menyempatkan waktu, ide, dan
niat untuk kumpul bersama. Sebenernya sih
Oktober kemarin saya kira akan ada suatu
trigger yang buat saya aktif ngeblog lagi. Eh tapi
ternyata tidak sesuai perkiraan. "sesuatu"
tersebut malah bikin saya males nulis sampai
saya bilang "I can't write". Tapi syukurlah,
sekarang semuanya sudah balik seperti semula
ko.
Oke, kali ini saya mau nulis yang berkaitan
dengan pendidikan, yaitu technique for clasroom
control by Caroline Linse. sebenernya saya dapet
materi ini dari salah satu mata kuliah yang saya
ambil. Mrs. Winti (dosen saya) memang sangat
charming dan selalu datang ke kelas dengan
semua pengetahuan baru bagi saya. Jadi gak
heran kalau setiap mata kuliah beliau, saya
selalu semangat perhatiin setiap materinya.
Beberapa minggu yang lalau beliau memberi
tentang classroom control. Saya pikir ini keren
banget! Handout ini berasal dari jurnal
www.etprofesional.com . Nah sekarang saya
pengen buat intisarinya nih, soalnya berguna
banget buat calon guru dan guru di Indonesia.
Check it out!
Saat menghadapi murid yang usianya masih
kecil (misal, SD) pasti kita banyak menghadapi
kendala. Mulai dari siswa yang ribut, susah
diatur, suka lari-lari di kelas, dan lain-lain. Hal ini
berbeda sekali dengan menghadapi siswa di
SMP atau SMA. Mereka biasanya sudah
mengerti untuk tetap tertib dan memperhatikan
guru. Young learner (kelas rendah) biasanya
masih mempunyai fokus perhatian yang
cenderung rendah. Mereka tidak bisa lama-lama
fokus terhadap suatu hal, karena perhatiannya
akan mudah “buyar”. Maka sebagai guru
sebaiknya kita mempunyai teknik tersendiri
untuk mengontrol kelas. Caroline Linse
mengemukakan ada 10 teknik yang bisa kita
jadikan referensi.
1. Have a range of activities up your sleve
Maksudnya, sebagai guru kita harus bisa
menyiapkan rencana cadangan. Misalnya
aktivitas A yang sudah direncanakan ternyata
tidak memungkinkanuntuk dijalankan, nah kita
harus punya plan B atau plan C. Sehingga kita
tetap dapat mengontrol kelas dengan baik.
2. Catch children being good
Guru terlalu sering fokus dengan perilaku buruk
buruk dari muridnya, misal saat anak berbuat
nakal, pasti guru akan cenderung
menyalahkannya. Kadang, guru juga harus bisa
memberikan pujian pada anak yang melakukan
hal positif. Misalnya, kalau anak berbuat baik,
sebaiknya kita memujinya. Terutama saat anak-
anak trouble maker dapat berperilaku baik, kita
harus langsung memujinya agar perilakunya
tetap menjadi baik. Ingat loh, anak suka kalau
dipuji! Tapi yang harus diperhatikan juga jangan
terlalu sering memuji, apalagi memuji pada satu
orang anak saja. Hal ini akan memberikan cap
“anak emas” dan kita pasti dinilai pilih kasih.
3. Use affirmative commands
Sering denger kan teori jangan bilang jangan
pada anak? Nah ini sama aja kayak gitu.
Pemakaian kata positif pada anak memang lebih
efektif daripada kata negatif. Misal, guru yang
berkata “don’t talk so loudly!”, pasti anak-anak
hanya mematuhi untuk beberapa menit. Lain
halnya jika guru berkata “please use indoor
voice”.konotasi positif akan cenderng dipatuhi
oleh anak dibanding konotasi negatif yang justru
membuat mereka merasa kurang nyaman.
4. Break down instructions into steps
Dalam memberikan intruksi pada anak,
sebaiknya harus jelas dan tidak berbelat-belit.
Sebagai guru kita bisa membuat beberapa
langakah singkat yang bisa dimengerti anak.
Instruksi yang panjang akan membuat mereka
kebingungan. Sebaikanya beri instruksi langkah
demi langkah dengan kalimat yang to the point .
Misalnya sesudah memberik langkah pertama,
kita bisa menunggu terlebih dahulu mereka
mengerjakannya, jika semua sudah selesai maka
dilanjutkan ke langkah berikutnya. Hal ini akan
membuat mereka mengerti apa yang harus
mereka lakukan dan mengerjakannya dengan
baik.
5. Determine clasroom rules with students
Dalam suatu kelas sebaiknya terdapat peraturan
yang jelas. Ini juga dapat membantu guru untuk
mengontrol kelas karena sudah terpasang
peraturan yang sebelumnya sudah disetuji oleh
semua siswa. Misalnya peraturan bagi yang ribut
atau gaduh akan diberi tanda L . Peraturan yang
ada bisa ditempel di dinding kelas agar anak
tetap ingat. Selain itu, peraturan yang dibuat
juga sebaiknya dalam kalimat positif, misalnya
“tertib saat pelajaran” atau “be kind to others”,
dll.
6. Take the class temperature often
Sebagai seorang guru kita harus bisa membaca
situasi siswa. Sebisa mungkin kita harus bisa
“mengukur” keadaan kelas. Jika dilihat anak-
anak sudah bosan pada suatu kegiatan, kita bisa
memberikan kegiatan yang lain. Hal ini berkaitan
dengan poin no.1.
7. Speak in a soft voice
Ketika suasa kelas mulai ramai, sebaiknya kita
tidak berteriak agar mereka diam. Hal ini hanya
akan membuat mereka diam beberapa saat lalu
kembali ribut. Mereka pun akan berpikir, “kalau
bu guru berteriak, berarti saya juga boleh
berteriak”. Berbicara dengan volume suara yang
sedang atau cenderung rendah akan membuat
mereka diam dan penasaran dengan apa yang
sedang kita bicarakan, sehingga mereka akan
mencoba mendengarkan kita dan berhenti ribut.
8. Develop signals to quiet the class
Terkadang kita perlu menggunakan alat bantu
untuk mengambil perhatian mereka. Misalnya,
lihat di TK, para guru disana sering
menggunakan tamborin agar murid mereka
fokus. Kita juga bisa menggunakan alat lain
yang mengeluarkan bunyi sebagai sinyal untuk
mereka fokus. Jika kelas sudah mulai ramai dan
ribut, kita bisa mengetuk-ngetuk papan tulis
untuk mendapatkan perhatian mereka lagi. Pada
anak ABK tunarungu, bisa digunakan isyarat
lampu untuk memfokuskan perhatian. Hal ini
dilakukan dengan cara menyala-matikan lampu
kelas sehingga mereka terfokus pada gurunya.
9. On occasion, be a social engineer
Poin ini adalah salah satu poin yang menarik.
Terkadang sebagai seorang guru kita harus bisa
menjadi insinyur sosial. Kadang ada anak
pendiam dan introvert yang jika berkelompok,
tidak ada yang mau sekelompok dengan dia.
Sebagai guru, kita harus bisa membuat dia
diterima di kelompok. Caranya dengan
mempromosikan kelebihannya. Misalnya, “ibu
ingin kalian berkelompok dengan Mira karena dia
tahu banyak cerita tentang si kancil”. Kalimat
promosi tersebut bisa membuat anak lain
menjadi membuka pemikirannya dan mulai
tertarik untuk berkelompok dengan Mira.
10. Make sure that the punishment fits the
crime
Pasti ada saatnya ketika peraturan yang dibuat
akan dilanggar oleh siswa. Boleh saja kita
menghukum mereka, tetapi dengan hukuman
yang cocok dan sesuai dengan kesalahan yang
mereka buat. Misalnya saat ada dua orang anak
yang berkelahi, hukuman yang bisa kita berikan
yaitu dengan memanggil keduanya, lalu
menyuruh mereka menuliskan 5 hal baik tentang
temannya. Si A harus menulis 5 hal baik tentang
si B, dan begitu juga sebaliknya. Hukuman ini
akan membuat anak (walaupun dalam keadaan
yang saling membenci) berpikir tentang
kebaikan yang pernah temannya lakukan.
Nah, itu yang bisa saya share untuk kalian.
Ingat, teori itu mudah, yang susah itu
prakteknya. Semoga teknik dari Caroline Linse
ini bisa membantu kita dalam me- manage kelas,
dan menjadi guru yang lebih baik lagi. Aamiin..
thanks yurni atas infonya..
BalasHapus